Sebuah Kisah Klasik untuk
Msa Depan
Senin
sore itu aku berpamitan kepada tetangga,saudara,dan guru mengajiku.Sambil
berlinangan air mata, akupun diantar ayahku pergi ke pondok pesantren di daerah
magelang.Walaupun hatiku berat namun aku harus tetap berangkat karena untuk
memenuhi keinginan kedua orang tuaku.Sebenarnya hatiku mengelak karena dalam pandanganku jika
sekolah dan mondok itu akan menguras
tenaga dan fikiranku dan aku tidak akan mempunyai waktu istirahat yang cukup.
Setelah
setengah jam prejalanan aku dan ayahku sampai di tempat tujuan.Aku dan ayahku
langsung disambut oleh pemilik sekaligus pengasuh pondok pesantren tersebut.Setelah
adanya ijab qabul antara ayahku dan pengasuh aku akhirnya resmi menjadi santri beliau.Sang pengasuh pun
membesarkan hatiku dengan memberi sebuah kata motivasi padaku.hatikupun sedikit
terhibur dengan motivasi itu.Tak berapa lama kemudian muncullah dua santriwati
dari dalam pondok untuk membawakan barang bawaanku.
Malam
pertama di pondok aku merasa kesepian
dan akupun diam diam menangis dalam doa setiap selesai sholat.Akupun seperti
orang asing yang berada di keramain kota karena aku belum kenal dengan semua
orang yang ada di pondok tersebut.
*****
Tak terasa tiga tahun aku lalui dengan
sejuta kisah menyenangkan dan menyedihkan.Ternyata persepsiku tentang sekolah
dan mondok akan menguras tenaga
dan fikiranku salah besar.Justru sekolah
dan mondok itu menyenangkan dan mendapatkan banyak pengalaman.Dahulu aku selalu
ingin pulang ke rumah ,malas tinggal di pesantren dan sering menggerutu.Namun
semua itu berubah ketika aku sudahi
merasakan manisnya tinggal di
pesantren.
Lebih
exaitingnya lagi di penjara suci itu aku mempunyai teman-teman yang gokil
abizzz.Walaupun teman sekelas atau seangkatanku
jumlahnya tidak menetap bisa dibilang gali lubang tutup lubang tapi
kebersamaan dan kekeluargaan kami tetap terjaga.Ketika aku kelas satu
(Jurumiyah awal) satu kelasku berjumlah 22 orang.Kemudian mengalami kemrosotan
hingga aku aku kelas dua (Jurumiyah tsani),satu kelasku berjumlah 15 orang
untuk semester pertama(setengah tahun) dan 13 orang untuk semester kedua.Satu tahun kemudian
ketika aku kelas tiga (al-umriti) saat semeter satu mengalami penurunan
sehingga mejadi 10 orang sampai sekarang.
Bersama 9
orang temanku aku dapat merasakan lika liku hidup di pesantren.Mulai dari
pengalaman yang manis hingga pengalaman yang pahit kami lalui bersama.Walaupun
dengan 10 karakter yang berbeda kami mencoba untuk menyatukannya meski terkadang harus adacek cok diantara
kami hingga terbentuklah rasa kekeluargaan yang kuat.
Pengalaman
yang manis membuatku betah di pesantren dan tidak ingin meninggalkan teman temanku,mulai dari candaan konyol ala
anak pesantren,megganggu teman ketika mengerjakan sesuatu yang serius,membuat seorang marah ketika mengajar,sampai membuat
surprise untuk ustadz yang berulang tahun.
Begitupun
sebaliknya pengalaman yang pahit membuatku tidak betah tinggal di penjara suci
ini.Adanya cekcok dengan teman,kakak kelas sampai cekcok dengan ustadz,hingga
dimarahi ibu pengasuh membuat hatiku menangis
dan ingin pulang.Namun kami menyadari bahwa pengalaman yang pahit
tersebut sebagian besar adalah kesalahan kami sendiri.Aku dan teman temanku
berusaha memperbaiki kesalahan tersebut walaupun terkadang kami dipandang sebelah mata oleh penghuni
pesantren yang lain.Memang semua itu butuh proses yang akan melatih kesabaran
kami.Terkadang kami hampir putus asa dengan keadaan yang seperti ini dan selalu
menggerutu. Namun ketika dalam keadaan tersebut
ada salah seorang diantara kami yang memberi semangat untuk kami.Semangat kamipun tumbuh
kembali untuk memperbaiki diri kami yang masih kotor dan hina.Walaupun kami
dipandang kotor dihadapan orang lain namun kami prrcaya bahwa Allah itu tidak
tidur dan selalu memberi petunjuk kepada hamba-Nya yang mengalami kesulitan dan
memohon petunjuk kepada-Nya.
Ketika aku
merasa lelah dengan keadaan ini aku selalu ingat lagu dari seorang temanku yang merupakan karyanya sendiri namun ia harus pindah sekolah.berikut cuplikan
liriknya:
Banyak yang bilang kami buangan,
Dan selalu dipandang sebelah mata
Tapi kami tak pernah peduli,
Mereka berkata apa tentang kita
Disini kami kan terus berkarya,
Tuk menggapai semua cita,
Cita-cita yang mulia.
*****
Hingga saat
ini kamipun masih berusaha untuk memperbaiki perbuatan kami.Meskipun rintangan selalu kami hadapi,namun itu adalah
bumbu –bumbu untuk memperindah kisah kamidi masa depan.Ketika kami harus jatuh bangun
kami mencoba untuk menghadapinya dengan berlapang dada.Ketika ada yang
berbuat kurang baik kepada kami,kami mencoba untuk tegar.
Seperti kata Mario Teguh:”apabila anda disakiti orang lain,doakanlah orang tersebut agar diberi
umur panjang supaya ia dapat melihat kesuksesanmu di masa depan.”
Ini adalah sebuah gambaran besok apabila kami sudah terjun dalam masyarakat.Di dalam masyarakat terdapat beribu ribu watak yang berbeda,dan bagaimana kita akan menyesuaikannya.dari kisah ini akupun tambah bersyukur orang tuaku menyekolahkanku dan meletakkanku di pondok pesantren.Selain aku dapat ilmu agama aku juga mendapatkan ilmu pengetahuan umum.Dan secara tidak langsung orang tuaku telah mengajarkanku bagaimana hidup di masyarakat.
Inilah kisah klasikku untuk masa depan.
..................................................Selamat membaca...............................................
.......THE END.......











1 komentar:
ini ceriyaku mana ceritamu,,,,
Posting Komentar