Selasa, 08 Desember 2015

My Story

Sebuah Kisah Klasik untuk Msa Depan
              Senin sore itu aku berpamitan kepada tetangga,saudara,dan guru mengajiku.Sambil berlinangan air mata, akupun diantar ayahku pergi ke pondok pesantren di daerah magelang.Walaupun hatiku berat namun aku harus tetap berangkat karena untuk memenuhi keinginan kedua orang tuaku.Sebenarnya hatiku  mengelak karena dalam pandanganku jika sekolah dan mondok itu akan menguras tenaga dan fikiranku dan aku tidak akan mempunyai waktu istirahat yang cukup.
             Setelah setengah jam prejalanan aku dan ayahku sampai di tempat tujuan.Aku dan ayahku langsung disambut oleh pemilik sekaligus pengasuh pondok pesantren tersebut.Setelah adanya ijab qabul antara ayahku dan pengasuh aku akhirnya  resmi menjadi santri beliau.Sang pengasuh pun membesarkan hatiku dengan memberi sebuah kata motivasi padaku.hatikupun sedikit terhibur dengan motivasi itu.Tak berapa lama kemudian muncullah dua santriwati dari dalam pondok untuk membawakan barang bawaanku.
           Malam pertama di pondok  aku merasa kesepian dan akupun diam diam menangis dalam doa setiap selesai sholat.Akupun seperti orang asing yang berada di keramain kota karena aku belum kenal dengan semua orang yang ada di pondok tersebut.
                                                             *****
                Tak terasa tiga tahun aku lalui dengan sejuta kisah menyenangkan dan menyedihkan.Ternyata persepsiku tentang sekolah dan mondok akan menguras tenaga dan  fikiranku salah besar.Justru sekolah dan mondok itu menyenangkan dan mendapatkan banyak pengalaman.Dahulu aku selalu ingin pulang ke rumah ,malas tinggal di pesantren dan sering menggerutu.Namun semua itu berubah ketika aku sudahi  merasakan manisnya tinggal  di pesantren.
                 Lebih exaitingnya lagi di penjara suci itu aku mempunyai teman-teman yang gokil abizzz.Walaupun teman sekelas atau seangkatanku  jumlahnya tidak menetap bisa dibilang gali lubang tutup lubang tapi kebersamaan dan kekeluargaan kami tetap terjaga.Ketika aku kelas satu (Jurumiyah awal) satu kelasku berjumlah 22 orang.Kemudian mengalami kemrosotan hingga aku aku kelas dua (Jurumiyah tsani),satu kelasku berjumlah 15 orang untuk semester pertama(setengah tahun) dan 13 orang  untuk semester kedua.Satu tahun kemudian ketika aku kelas tiga (al-umriti) saat semeter satu mengalami penurunan sehingga mejadi 10 orang sampai sekarang.
             Bersama 9 orang temanku aku dapat merasakan lika liku hidup di pesantren.Mulai dari pengalaman yang manis hingga pengalaman yang pahit kami lalui bersama.Walaupun dengan 10 karakter yang berbeda kami mencoba untuk menyatukannya  meski terkadang harus adacek cok diantara kami hingga terbentuklah rasa kekeluargaan yang kuat.


            Pengalaman yang manis membuatku betah di pesantren dan tidak ingin meninggalkan  teman temanku,mulai dari candaan konyol ala anak pesantren,megganggu teman ketika mengerjakan sesuatu yang serius,membuat  seorang marah ketika mengajar,sampai membuat surprise untuk ustadz yang berulang tahun.
             Begitupun sebaliknya pengalaman yang pahit membuatku tidak betah tinggal di penjara suci ini.Adanya cekcok dengan teman,kakak kelas sampai cekcok dengan ustadz,hingga dimarahi ibu pengasuh membuat hatiku menangis  dan ingin pulang.Namun kami menyadari bahwa pengalaman yang pahit tersebut sebagian besar adalah kesalahan kami sendiri.Aku dan teman temanku berusaha memperbaiki kesalahan tersebut walaupun terkadang kami  dipandang sebelah mata oleh penghuni pesantren yang lain.Memang semua itu butuh proses yang akan melatih kesabaran kami.Terkadang kami hampir putus asa dengan keadaan yang seperti ini dan selalu menggerutu. Namun ketika dalam keadaan tersebut  ada salah seorang diantara kami yang memberi  semangat untuk kami.Semangat kamipun tumbuh kembali untuk memperbaiki diri kami yang masih kotor dan hina.Walaupun kami dipandang kotor dihadapan orang lain namun kami prrcaya bahwa Allah itu tidak tidur dan selalu memberi petunjuk kepada hamba-Nya yang mengalami kesulitan dan memohon petunjuk kepada-Nya.
           Ketika aku merasa lelah dengan keadaan ini aku selalu ingat lagu dari seorang temanku  yang merupakan karyanya sendiri  namun ia harus pindah sekolah.berikut cuplikan liriknya:
Banyak yang bilang kami buangan,
Dan selalu dipandang sebelah mata
Tapi kami tak pernah peduli,
Mereka berkata apa tentang kita
Disini kami kan terus berkarya,
Tuk menggapai semua cita,
Cita-cita yang mulia.
*****

          Hingga saat ini kamipun masih berusaha untuk memperbaiki perbuatan kami.Meskipun  rintangan selalu kami hadapi,namun itu adalah bumbu –bumbu untuk memperindah kisah kamidi masa depan.Ketika kami harus  jatuh bangun  kami mencoba untuk menghadapinya dengan berlapang dada.Ketika ada yang berbuat kurang baik kepada kami,kami mencoba untuk tegar.
Seperti kata Mario Teguh:”apabila anda disakiti orang lain,doakanlah orang tersebut agar diberi umur panjang supaya ia dapat melihat kesuksesanmu di masa depan.”
Ini adalah sebuah gambaran besok apabila kami sudah terjun dalam masyarakat.Di dalam masyarakat terdapat beribu ribu watak yang berbeda,dan bagaimana kita akan menyesuaikannya.dari kisah ini akupun tambah bersyukur orang tuaku menyekolahkanku dan meletakkanku di pondok pesantren.Selain aku dapat ilmu agama aku juga mendapatkan ilmu pengetahuan umum.Dan secara tidak langsung orang tuaku telah mengajarkanku bagaimana hidup di masyarakat.

Inilah kisah klasikku untuk masa depan.

..................................................Selamat membaca...............................................



.......THE END.......

1 komentar:

Unknown mengatakan...

ini ceriyaku mana ceritamu,,,,

Posting Komentar